By :
Buletin Annisa KMMP ITB (Institut Teknologi Bandung)
Menjadi wanita
shalihah
Dalam bahasa Al-Qur’an, wanita disebut imroatun yang mempunyai akar
katayang sama dengan kata mir’atun. Mir’atun berarti cermin. Cermin dapat berfungsi
dengan baik apabila cermin itu bersih dan tidak rusak sehingga mampu
menghasilkan panyulan cahaya yang baik pula. Demikian juga seorang wanita,
dimana keberadaannya menjadi cermin hidup/kehidupan keluarga yang harus
berfungsi sebagaimana mestinya.
Wanita dalam kehidupannya menjalankan multiperan, diantaranya : peran
sebagai istri, sebagai ibu dan sekaligus peran sebagai anak, atau bahakan
sebagai wanita karier. Tentu peran ini sangat berat, namun apabila dijalani
dengan ikhlas mka semuanya akan menjadi ringan.
Dari Aisyah ra.
Yang menceritakan ; Aku bertanya kepada Rasulullah, “ Siapakah yang paling
besar haknya pada perempuan?” Rasulullah menjawab, “Suaminya”. Aku bertanyal
agi, “Siapakah yang paling besar haknya terhadap laki-laki?” Rasulullah menjawab,
“Ibunya”. (HR. Hakim)
Wanita Sebagai
Istri
Wanita seabagi pendamping suami, secara umum tugasnya adalah memenuhi
kewajibannya terhadap suami, mendukung/mendorong semangat untuk keberhasilan
suami dalam berbagai hal dan mendoakan suami. Istri yang shalihah adalah
perhiasan terindah. Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakn
tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan
malasatau berat, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih
diutamakannya diatas perasaannya.
Banyak peluang bagi seorang wanita untuk beribadah kepada Allah dalam
rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan rumah
tangga, yakni dengan menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sebagai
seorang istri tentunya dengan hati yang ikhlas. Namun sebaliknya, terlalu mudah
pula wanita (istri) terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar ketentuan
yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri adalah agar
berupaya mengikhlaskan niat hanya untuk
Allah dalam melaksanakan kewajibannya sebagai istri sepanajng waktu.
Rasulullah SAW bersabda,
“pengabdianmu kepada suamimu adalah shodaqoh” (HR. Dailami)
“Sampaikanlah kepada siapa yang engkau temui daripada kaum wanita,
bahwasannya taat kepada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala
orang yang berjihad pada jalan Allah, tetapi sangat sedikit daripada golonganmu
yang dapat melakukannya.” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani)
Berikut 10 wasiat seorang ibu kepada putrinya untuk pegangan dalammenjalankan
perannya sebagai istri :
1. Bertemanlah dengan
sikap qona’ah
2. Denagrkan dan
taati apa-apa yang baik, saran-saran dan keluhannya
3. Perhatikan apa-apa
yang disenanginya dan apa-apa yang tidak disenanginya
4. Jangan sampai
memandang sesuatu yang buruk dan mencium kecuali bau yang harum
5. Perhatikan waktu
makannya, kebutuhannya, ibadahnya dan jagalah ketenangan tidurnya
6. Perhatikan dan
jagalah rumah dan hartanya
7. Peliharalah
dirinya, kehormatannya, anak-anaknya dan silaturrahmi dengan keluarganya
8. Janganlah engaku
menyebarkan rahasia dan mendurhakai perintah baiknya
9. Janganlah engkau
gembira saat dia sedang sedih dan jangan bersedih saat ia bergembira
10. Tunjukkan
penghormatan dan ketaatanmu sebesar-besanya.
Banyak diakui kaum laki-laki bahwasannya, dibalik keberhasilan seorang
laki-laki terdapat wanita yang hebat dibelakangnya yang selalu mendoakannya.
Wanita itu adalah ibu, istri dan anaknya.
Wanita sebagai Ibu
Ibu adalah sebatan bagi seorang wanita yang telah melahirkan, wanita
yang sudah tua atau wanita yang membimbing/mengasuh anak. Peran ibu sangat
besar dalam mewujudkan kabahagiaan dan keutuhan keluarga. Pada sisi lain, ibu
juga diangkat tinggi oleh Allah swt. Tugas ibu sebagai orangtua sangat berat
dan Allah melatihnay sejak ia mengandung seperti sakit, lemah, mual-mual,pusing
atau berbagai keinginan aneh. Selain itu calon ibu juga akan dilatih untuk
membawa janinnya kemanapun dia pergi. Latihan yang terberat adalah ketika ia
melahirkan, beratruh antara hidup dan mati. Ketik latihan berat ini berakhir
dengan baik, maka tugas berikutnya juga berat karena bersifat fisik dan
pskologis.
Rasulullah bersabda, “ Apabila seorang wanita ridho dengan kehamilannya
dari suaminya yang sah, sesungguhnya dia mendapat ganjaran pahala seperti
ibadah puasa dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya di jalan Allah dan jika ia
merasa berat, letih atau lesu, tidaklah dapat dibayangkan oleh penghuni langit
dan bumi betapa kesenangannya disediakan oleh Allah swt di akhirat nanti.
Apabila anaknya lahir, maka dari setiap teguk air susu yang dihisap oleh anak,
si ibu mendapat kebajikan pahala. Apabila si ibu berjaga malam (kurang tidur
karena anak) maka si ibu mendapat pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba
sahaya karena Allah.”(HR. Ibn Hibban)
Untuk bekal atau pegangan orangtua dalam mendidik anak, berikut
peringatan Dorothy Law Nolte dalam “Children learn what they live” (anak-anak
belajar dari kehidupannya) :
1. Jika anak
dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2. Jika anak
dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak
dibesarkan dengan Cemoohan, ia belajar rendah diri
4. Jika anak
dibesarkan dengan Hinaan, ia belajar menyesali diri
5. Jika anak
dibesarkan dengan Toleransi, ia belajar menahan diri
6. Jika anak
dibesarkan dengan Dorongan, ia belajar percaya diri
7. Jika anak
dibesarkan dengan Pujian, ia belajar menghargai
8. Jika anak
dibesarkan dengan Sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
9. Jika anak
dibesarkan dengan Rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
10. Jika anak
dibesarkan dengan Dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
11. Jika anak
dibesarkan dengan Kasih sayang dan bershabat, ia belajar menemukan cinya dalam
kehidupannya.
Tergambar dengan jelas bahwa perlakuan orangtua, khususnya ibu, akan
menentukan potretkarakter anak-anaknya. Oleh karena itu, harus dihindari adanya
sikap berlawanan antara ibu dan ayah, karena mungkin hasilnya akan lebih buruk
lagi.
Disamping mendidik karakter,hendaknya kita membekali anak-anak kita
dengan mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman; bekerja dengan baik
(disiplin/menghargai waktu); berjuang bekerja sama menegakkan kebenaran dan
bekerja sama menyebarkan kesabaran (QS. Al-Isra’ : 1-4)