Minggu, 22 Desember 2013

Mahram





Bismillahirrahmanirrahim..

Selama ini kita sering mendengar istilah “bukan muhrim”. Tapi apakah sebenarnya kita tahu apa sih artinya muhrim ini?

Muhrim adalah suatu pakaian yang dikenakan ketika seseorang sedang berihram (berniat untuk haji), sedangkan penyebutan yang tepat adalah “bukan mahram”.

Apa itu mahram?

Mahram adalah seseorang yang haram untuk dinikahi. Sangat sedikit dari kita yang paham bagaimana hakikat mahram ini.

Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi menyatakan bahwa seorang wanita haram dinikahi karena 3 hal, yaitu karena nasab (keturunan), persusuan, dan mushaharah (pernikahan).

a.   Mahram karena nasab
Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan darah atau hubungan keluarga.
    Allah swt. Berfirman, yang artinya :
“katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka’.” (QS. An Nuur : 31)

Menurut ahli tafsir, yang haram dinikahi bagi wanita menurut ayat di atas adalah :
·   Ayah (ayah kandung, kakek baik dari bapak atau ibu, dan juga ayah-ayah mereka ke atas)
·  Anak laki-laki (anak laki-laki kandung, cucu baik dari anak laki-laki maupun perempuan)
·            Saudara laki-laki (saudara kandung, saudara sebapak, atau saudara seibu saja. Saudara angkat, saudara tiri dari ibu ataupun bapak)
·            Keponakan
·           Paman (baik dari ibu maupun bapak)

b.   Mahram karena Persusuan (ar Radha’)
Menurut pendapat para ulama, persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram mempunyai beberapa persyaratan, yaitu :
·           Telah terjadi proses persusuan sebanyak 5 kali.
·     Penyususan terjadi selama masa bayi menyusui, yaitu dua tahun sejak kelahirannya

Dalil yang menyatakan tentang hal ini ada dalam QS. An-Nisaa’ : 23, yang artinya :
“..juga ibu-ibu yang menyusui kalian serta saudara-saudara kalian dari persusuan..”

Rasulullah SAW bersabda, dari Abdullah bin ‘Abbas radiyallahu anhu, “diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari dalil tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk mahram karena sebab persusuan yaitu bapak persusuan (suami dari ibu yang menyusui), anak laki-laki dari ibu susuan, saudara laki-laki sepersusuan, keponakan sepersusuan (anak saudara sepersusuan), dan paman sepersusuan (saudara laki-laki dari bapak atau ibu susu).

c.   Mahram karena Mushaharah (pernikahan)
Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan Allah swt dalam firman-Nya, yang artinya :

“dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka...” (QS. An Nuur :31)

“dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu tiri)”. (QS. An-Nisaa’ :22)

“diharamkan atas kamu (mengawini)..ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu (anak tiri), yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu it (kemudian kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, dan istri-istri anak kandungmu (menantu).” (QS. An- Nisaa’ : 23)

Wallahu ‘alam...
Semoga apa yang telah tertulis dapat menjadi ilmu bagi kita semua, kita yang masih merangkak-rangkak tentang ilmu itu sendiri..



Dikutip dari buletin muslimah ‘Zuhairah’
(dengan penambahan dan pengurangan)
Sumber :
Ahkaamu an-Nikaah wa az-Zifaaf karya Abu ‘Abdillah Musthafa bin al ‘Adawi

Minggu, 08 Desember 2013

Enemies and Friends of Devil




Narrated, once Allah. Telling the devil to come to the Prophet Muhammad. The goal is to answer all the questions asked by the Prophet Muhammad to him. On the appointed day, Satan came to the Prophet encountered a figure emerged old, clean, being hand held wand.

“Who are you coming to me?” Ask the Prophet.

“I’m the devil.” Replied the man.

What do you mean come meet me?”Ask the Prophet later.

The old man replied, “God told me to come to you so you ask me.”

Prophet then asked, “hey ..devil, I want to know, how many enemies of the people, my people?” “There’s 15..” Satan replied firmly.

“Who are they?” Said the Prophet.


Then the devil mention one by one:
1. Yourself Muhammad.
2. Priest and leader of a fair
3. People who humble themselves rich
4. Honest merchant is trustworthy
5. Religious people who pray fervently
6. The believers who give advice
7. Who believe that compassion
8. People who remain and quickly repent
9. People who abstain from all that is forbidden
10.         Believers are always in a state of purity
11.         Who believe that a lot of charity and charity
12.         Believers are considerate and moral
13.         People who memorized the Quran and read constantly.
14.         The person who stands to pray at night the others were falling asleep
15.         Believers are beneficial to people.

Then the Prophet asked, “Then, how many friends among my people?”

“There are 10 groups ..” replied the devil. Then the devil mention one by one:

1. Unjust judge
2. The rich are arrogant
3. Treacherous merchants.
4. Drunks /  wine drinkers.
5. People who decide kinship
6. Property owners usury.
7. eating orphan’s property.
8. People are always negligent in the prayer / prayer often leaves
9. People are reluctant to give zakat
10.         People are always dreaming and imagining something that is not useful. .

“Ten peoples it is a faithful friend..” Said the demon explained. Thus, after asking satisfied, the devil also said goodbye excused himself.

Hopefully this story can be a lesson for us all. .Aamiin..

Musuh dan Teman Iblis


Diriwayatkan, suatu ketika Allah swt. Menyuruh iblis untuk datang menemui Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk menjawab segala pertanyaan yang ditanyakan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Pada hari yang ditentukan , Iblis pun datang menjumpai Rasulullah SAW dengan menjelma sesosok orang tua yang baik lagi bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.
“Siapakah engaku yang datang kepadaku?” Tanya Nabi.
“Aku adalah iblis.” Jawab orang itu.
“Apa maksudmu datang menjumpaiku?” Tanya Nabi kemudian.
Orang tua itu menjawab, “Allah menyuruhku datang kepadamu agar engkau bertanya kepadaku.”
Rasulullah SAW lalu bertanya, “Hai iblis, aku ingin mengetahui , berapa banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umatku?”
“Ada 15.” Jawab Iblis mantap.
“Siapa mereka?” tanya Nabi.
Kemudian Iblis menyebutkan satu per satu :
1.     Engkau sendiri hai Muhammad
2.    Imam dan pemimpin yang adil
3.    Orang kaya yang merendah diri
4.    Pedagang yang jujur yang amanah
5.    Orang alim yang mengerjakan shalat dengan khusyuk
6.    Orang mukmin yang memberi nasihat
7.    Orang mukmin yang berkasih sayang
8.    Orang yang tetap dan cepat bertaubat
9.    Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram
10. Orang mukmin yang selalu dalam keadaan suci
11.  Orang mukmin yang banyak bersedekah dan berderma
12. Orang mukmin yang baik budi dan akhlaknya
13. Orang yang hapal Al-Qur’an dan senantiasa membacanya
14. Orang yang berdiri melakukan shalat diwaktu malam sedang yang lain terlelap tidur
15. Orang mukmin yang bermanfaat kepada orang
Kemudian Rasulullah SAW bertanya lagi, “ Kemudian, berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku?”
“Ada 10 golongan..” Jawab Iblis.
Kemudian Iblis menyebutkan satu per satu :
1.     Hakim yang tidak adil
2.    Orang kaya yang sombong
3.    Pedagang yang khianat
4.    Orang pemabuk/peminum arak
5.    Orang yang emmutuskan tali persaudaraan
6.    Pemilik harta riba’
7.    Pemakan harta anak yatim
8.    Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan shalat/sering meninggalkan shalat
9.    Orang yang enggan memberi zakat
10. Orang yang selalu berangan-angan dan berkhayal sesuatu yang tidak bermanfaat.

“kesepuluh orang-orang itu adalah sahabatku yang setia.” Kata iblis menjelaskan. Demikianlah, setelah puas bertanya, Iblis pun pamit mohon diri.
Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua.




Minggu, 17 November 2013

Aku, Jilbabku dan Duniaku







Saya adalah seorang mahasiswi sebuah universitas swasta sekarang. Saya memiliki perjalanan panjang menuju pada titik sekarang ini. Memakai jilbab yang lumayan lebar yang menyebabkan saya mendapatkan cibiran yang begitu luar biasa, di desa saya sendiri. Saya hanya mencari kenyamanan dalam diri saya sendiri, dan sekarang saya telah menemukan caranya, salah satunya  yaitu dengan memakai jilbab lebar dan besar, disitulah saya merasa nyaman, meski sekelilingku aneh melihatnya, dikira ikutbaliran sesat lah, teroris lah, biarin.. Saya hanya mencoba melaksanakan perintah dari yang  Maha Pemberi Hidup, melaksanakan kewajiban dari-Nya untuk menutup aurat.

Saya berasal dari keluarga yang sebenarnya sangat memperhatikan agama dan senantiasa melaksanakannya, namun masyarakat di desa saya tidak. Mereka terlalu awam, yang mereka tahu ya hanya rukun islam yang 5. Soal jilbab, perlu diketahui, dulu tidak ada satupun masyarakat di desa saya yang memakai jilbab, kecuali orang tua yang tujuannya hanya untuk menyembunyikan uban. Pemudinya? Sama sekali tidak ada yang mengenakan jilbab. Dan lingkunganlah yang berhasil mempengaruhi saya. Untuk bertahan tidak memakai jilbab pada saat itu.

Saya anak ke-3 dari 3 bersaudara dan semuanya perempuan. Ayah saya disiplin dalam menegakkan dan mengajarkan anak-anaknya shalat dan ibadah lainnya. Tetapi ayah memberikan kebebasan kepada anaknya untuk mengenakan jilbab atau tidak. Kakak pertama saya mulai mengenakan jilbab ketika ia memasuki dunia kerja, dan kakak kedua saya mulai memakai jilbab ketika SMP, karena kewajiban dari sekolah selepas itu ia menanggalkan jilbabnya, dan memakainya kembali ketika ia telah menikah.

Sedangkan saya,sama sekali tidak ada paksaan dari pihak manapun untuk memakai jilbab. Namun, saya merasakan keinginan yang kuat untuk memakai jilbab sejak SD dan hal itu terjadi ketika kakak kedua saya masuk SMP dan saya melihatnya berjilbab.

Ketika SMP, saya seringkali merasakan risih atau merasa malu sendiri ketika berdekatan dengan teman yang berjilbab, karena menurut saya mereka yang telah memakai jilbab itu lebih terhormat dan mulia, karena ia telah mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Setiap kali berada di samping mereka yang mengenakan jilbab, saya merasa diri saya kotor, meskipun pakaian saya panjang dan tertutup, tapi tetap saja aurat masih belum tertutup sempurna, saya belum memakai jilbab dan sebagai muslimah yang telah baligh saya belum mampu menunaikan kewajiban saya, yakni mengenakan jilbab.

Tentu bukan segala-galanya ketika muslimah baligh telah mengenakan jilbab, bukan berarti mereka lah yang paling sempurna dan mulia, tetapi terdapat perasaan lega ketika kewajiban tersebut telah ternuaikan dengan baik, bukan?

Keinginan untuk memakai jilbab tersebut terus menggelayuti saya, semenjak SD, ketika lulus, sempat terfikir untuk memakai jilbab di SMP, tetapi karena terlambat mengkomunikasikan dengan orangtua sehingga niat tersebut harus diurungkan. Rasanya senang dan iri juga ketika melihat teman-teman yang memakai jilbab dan yang ingin pula berubah mengenakan jilbab. Saya senang mreka mau merubah dirinya melalui penampilannya, dan saya iri melihat mereka yang istiqomah memakai jilbabnya. Dan saya belum memulainya sama sekali.

Setelah lulus SMP, niat benar-benar saya bulatkan untuk memakai jilbab. Saya tidak ragu lagi, dan memang sejak awal sebelum kelulusan sudah mencoba mengkomunikasikan dengan orangtua perihal niat saya.  ‘saya harus pakai jilbab, saya harus pakai jilbab’. Dan orangtua sangat mendukung, begitu pula kakak-kakak saya. Maka semenjak itu saya istiqomahkan untuk mengenakan jilbab seterusnya. Dan saya adalah perempuan pertama yang memakai jilbab, diantara teman-teman pemudi di desa saya. #Bangga dong..

Awal mengenakan jilbab tentu banyak godaannya, ya panas, ya bahan omongan orang, dan lain-lain. Pernah sepupu saya bilang seperti ini, “sekarang ini cewek berjilbab sama yang nggak itu sama saja”. Saya tidak menjawab pernyataan itu, karena saya memang tidak mengerti jawabannya dan sempat masuk dalam pernyataan tersebut. Saya memang belum paham makna jilbab itu sendiri bagaimana.

Saya sering mendengarkan kajian melalui radio, dan sedikit-sedikit mulai mengikuti kajian di masjid Raya kota, dan pemahaman tentang jilbab pun saya dapat. Dan sekarang saa bisa menjawab pernyataan sepupu saya tersebut. Bahwa, tentu saja mereka berbeda –yang memakai jilbab dengan yang tidak memakai- mereka yang memakai jilbab telah menunaikan kewajibannya sebagai muslimah, sedangkan yang belum memakai jilbab, mereka belum menunaikan kewajibannya sebagai muslimah. Simple. Tapi menurut saya, makna terdalam bisa diambil di dalamnya bagi orang-orang yang mau memaknainya.

Sekarang, ketika memasuki dunia perkuliahan saya mencari tempat tinggal yang backgroundnya baik, dan bisa membantu saya mengistiqomahkan saya memakai ini. Tentu saja saya nyaman dengan keadaan ini, meskipun beberapa orang tetap dengan cibirannya... Semoga Allah Sang Maha Pembolak balik Hati, membalikkan hati mereka sehingga mereka sadar untuk segera menutup auratnya.. Amiin ya Rabb..