Jumat, 22 Maret 2013

Wanita Sebagai Istri dan Ibu



By : Buletin Annisa KMMP ITB (Institut Teknologi Bandung)

Menjadi wanita shalihah

Dalam bahasa Al-Qur’an, wanita disebut imroatun yang mempunyai akar katayang sama dengan kata mir’atun. Mir’atun berarti cermin. Cermin dapat berfungsi dengan baik apabila cermin itu bersih dan tidak rusak sehingga mampu menghasilkan panyulan cahaya yang baik pula. Demikian juga seorang wanita, dimana keberadaannya menjadi cermin hidup/kehidupan keluarga yang harus berfungsi sebagaimana mestinya.

Wanita dalam kehidupannya menjalankan multiperan, diantaranya : peran sebagai istri, sebagai ibu dan sekaligus peran sebagai anak, atau bahakan sebagai wanita karier. Tentu peran ini sangat berat, namun apabila dijalani dengan ikhlas mka semuanya akan menjadi ringan.
Dari Aisyah ra. Yang menceritakan ; Aku bertanya kepada Rasulullah, “ Siapakah yang paling besar haknya pada perempuan?” Rasulullah menjawab, “Suaminya”. Aku bertanyal agi, “Siapakah yang paling besar haknya terhadap laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya”. (HR. Hakim)
Wanita Sebagai Istri

Wanita seabagi pendamping suami, secara umum tugasnya adalah memenuhi kewajibannya terhadap suami, mendukung/mendorong semangat untuk keberhasilan suami dalam berbagai hal dan mendoakan suami. Istri yang shalihah adalah perhiasan terindah. Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakn tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan malasatau berat, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakannya diatas perasaannya.

Banyak peluang bagi seorang wanita untuk beribadah kepada Allah dalam rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan rumah tangga, yakni dengan menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sebagai seorang istri tentunya dengan hati yang ikhlas. Namun sebaliknya, terlalu mudah pula wanita (istri) terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar    ketentuan yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri adalah agar berupaya  mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dalam melaksanakan kewajibannya sebagai istri sepanajng waktu.

Rasulullah SAW bersabda,
“pengabdianmu kepada suamimu adalah shodaqoh” (HR. Dailami)
“Sampaikanlah kepada siapa yang engkau temui daripada kaum wanita, bahwasannya taat kepada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang berjihad pada jalan Allah, tetapi sangat sedikit daripada golonganmu yang dapat melakukannya.” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani)

Berikut 10 wasiat seorang ibu kepada putrinya untuk pegangan dalammenjalankan perannya sebagai istri :
1.      Bertemanlah dengan sikap qona’ah
2.      Denagrkan dan taati apa-apa yang baik, saran-saran dan keluhannya
3.      Perhatikan apa-apa yang disenanginya dan apa-apa yang tidak disenanginya
4.      Jangan sampai memandang sesuatu yang buruk dan mencium kecuali bau yang harum
5.      Perhatikan waktu makannya, kebutuhannya, ibadahnya dan jagalah ketenangan tidurnya
6.      Perhatikan dan jagalah rumah dan hartanya
7.      Peliharalah dirinya, kehormatannya, anak-anaknya dan silaturrahmi dengan keluarganya
8.      Janganlah engaku menyebarkan rahasia dan mendurhakai perintah baiknya
9.      Janganlah engkau gembira saat dia sedang sedih dan jangan bersedih saat ia bergembira
10. Tunjukkan penghormatan dan ketaatanmu sebesar-besanya.
Banyak diakui kaum laki-laki bahwasannya, dibalik keberhasilan seorang laki-laki terdapat wanita yang hebat dibelakangnya yang selalu mendoakannya. Wanita itu adalah ibu, istri dan anaknya.

Wanita sebagai Ibu

Ibu adalah sebatan bagi seorang wanita yang telah melahirkan, wanita yang sudah tua atau wanita yang membimbing/mengasuh anak. Peran ibu sangat besar dalam mewujudkan kabahagiaan dan keutuhan keluarga. Pada sisi lain, ibu juga diangkat tinggi oleh Allah swt. Tugas ibu sebagai orangtua sangat berat dan Allah melatihnay sejak ia mengandung seperti sakit, lemah, mual-mual,pusing atau berbagai keinginan aneh. Selain itu calon ibu juga akan dilatih untuk membawa janinnya kemanapun dia pergi. Latihan yang terberat adalah ketika ia melahirkan, beratruh antara hidup dan mati. Ketik latihan berat ini berakhir dengan baik, maka tugas berikutnya juga berat karena bersifat fisik dan pskologis.

Rasulullah bersabda, “ Apabila seorang wanita ridho dengan kehamilannya dari suaminya yang sah, sesungguhnya dia mendapat ganjaran pahala seperti ibadah puasa dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya di jalan Allah dan jika ia merasa berat, letih atau lesu, tidaklah dapat dibayangkan oleh penghuni langit dan bumi betapa kesenangannya disediakan oleh Allah swt di akhirat nanti. Apabila anaknya lahir, maka dari setiap teguk air susu yang dihisap oleh anak, si ibu mendapat kebajikan pahala. Apabila si ibu berjaga malam (kurang tidur karena anak) maka si ibu mendapat pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba sahaya karena Allah.”(HR. Ibn Hibban)

Untuk bekal atau pegangan orangtua dalam mendidik anak, berikut peringatan Dorothy Law Nolte dalam “Children learn what they live” (anak-anak belajar dari kehidupannya) :
1.      Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2.      Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3.      Jika anak dibesarkan dengan Cemoohan, ia belajar rendah diri
4.      Jika anak dibesarkan dengan Hinaan, ia belajar menyesali diri
5.      Jika anak dibesarkan dengan Toleransi, ia belajar menahan diri
6.      Jika anak dibesarkan dengan Dorongan, ia belajar percaya diri
7.      Jika anak dibesarkan dengan Pujian, ia belajar menghargai
8.      Jika anak dibesarkan dengan Sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
9.      Jika anak dibesarkan dengan Rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
10. Jika anak dibesarkan dengan Dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
11. Jika anak dibesarkan dengan Kasih sayang dan bershabat, ia belajar menemukan cinya dalam kehidupannya.

Tergambar dengan jelas bahwa perlakuan orangtua, khususnya ibu, akan menentukan potretkarakter anak-anaknya. Oleh karena itu, harus dihindari adanya sikap berlawanan antara ibu dan ayah, karena mungkin hasilnya akan lebih buruk lagi.
Disamping mendidik karakter,hendaknya kita membekali anak-anak kita dengan mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman; bekerja dengan baik (disiplin/menghargai waktu); berjuang bekerja sama menegakkan kebenaran dan bekerja sama menyebarkan kesabaran (QS. Al-Isra’ : 1-4)


2 komentar:

  1. Kalau laki-laki sebagai Suami dan Ayah?

    BalasHapus
  2. i don't know..kan jenengan yg menyandang predikat laki-laki....
    wkwkwkw

    BalasHapus