Saya adalah
seorang mahasiswi sebuah universitas swasta sekarang. Saya memiliki perjalanan
panjang menuju pada titik sekarang ini. Memakai jilbab yang lumayan lebar yang
menyebabkan saya mendapatkan cibiran yang begitu luar biasa, di desa saya sendiri. Saya hanya mencari kenyamanan
dalam diri saya sendiri, dan sekarang saya telah menemukan caranya, salah
satunya yaitu dengan memakai jilbab
lebar dan besar, disitulah saya merasa nyaman, meski sekelilingku aneh
melihatnya, dikira ikutbaliran sesat lah, teroris lah, biarin.. Saya hanya
mencoba melaksanakan perintah dari yang
Maha Pemberi Hidup, melaksanakan kewajiban dari-Nya untuk menutup aurat.
Saya berasal
dari keluarga yang sebenarnya sangat memperhatikan agama dan senantiasa
melaksanakannya, namun masyarakat di desa saya tidak. Mereka terlalu awam, yang
mereka tahu ya hanya rukun islam yang 5. Soal jilbab, perlu diketahui, dulu
tidak ada satupun masyarakat di desa saya yang memakai jilbab, kecuali orang
tua yang tujuannya hanya untuk menyembunyikan uban. Pemudinya? Sama sekali
tidak ada yang mengenakan jilbab. Dan lingkunganlah yang berhasil mempengaruhi
saya. Untuk bertahan tidak memakai jilbab pada saat itu.
Saya anak ke-3
dari 3 bersaudara dan semuanya perempuan. Ayah saya disiplin dalam menegakkan
dan mengajarkan anak-anaknya shalat dan ibadah lainnya. Tetapi ayah memberikan
kebebasan kepada anaknya untuk mengenakan jilbab atau tidak. Kakak pertama saya
mulai mengenakan jilbab ketika ia memasuki dunia kerja, dan kakak kedua saya
mulai memakai jilbab ketika SMP, karena kewajiban dari sekolah selepas itu ia
menanggalkan jilbabnya, dan memakainya kembali ketika ia telah menikah.
Sedangkan
saya,sama sekali tidak ada paksaan dari pihak manapun untuk memakai jilbab.
Namun, saya merasakan keinginan yang kuat untuk memakai jilbab sejak SD dan hal
itu terjadi ketika kakak kedua saya masuk SMP dan saya melihatnya berjilbab.
Ketika SMP, saya
seringkali merasakan risih atau merasa malu sendiri ketika berdekatan dengan
teman yang berjilbab, karena menurut saya mereka yang telah memakai jilbab itu
lebih terhormat dan mulia, karena ia telah mampu menunaikan kewajibannya
sebagai seorang muslimah. Setiap kali berada di samping mereka yang mengenakan
jilbab, saya merasa diri saya kotor, meskipun pakaian saya panjang dan
tertutup, tapi tetap saja aurat masih belum tertutup sempurna, saya belum
memakai jilbab dan sebagai muslimah yang telah baligh saya belum mampu
menunaikan kewajiban saya, yakni mengenakan jilbab.
Tentu bukan
segala-galanya ketika muslimah baligh telah mengenakan jilbab, bukan berarti
mereka lah yang paling sempurna dan mulia, tetapi terdapat perasaan lega ketika
kewajiban tersebut telah ternuaikan dengan baik, bukan?
Keinginan untuk
memakai jilbab tersebut terus menggelayuti saya, semenjak SD, ketika lulus,
sempat terfikir untuk memakai jilbab di SMP, tetapi karena terlambat
mengkomunikasikan dengan orangtua sehingga niat tersebut harus diurungkan.
Rasanya senang dan iri juga ketika melihat teman-teman yang memakai jilbab dan
yang ingin pula berubah mengenakan jilbab. Saya senang mreka mau merubah
dirinya melalui penampilannya, dan saya iri melihat mereka yang istiqomah
memakai jilbabnya. Dan saya belum memulainya sama sekali.
Setelah lulus
SMP, niat benar-benar saya bulatkan untuk memakai jilbab. Saya tidak ragu lagi,
dan memang sejak awal sebelum kelulusan sudah mencoba mengkomunikasikan dengan
orangtua perihal niat saya. ‘saya harus
pakai jilbab, saya harus pakai jilbab’. Dan orangtua sangat mendukung, begitu
pula kakak-kakak saya. Maka semenjak itu saya istiqomahkan untuk mengenakan
jilbab seterusnya. Dan saya adalah perempuan pertama yang memakai jilbab,
diantara teman-teman pemudi di desa saya. #Bangga dong..
Awal mengenakan
jilbab tentu banyak godaannya, ya panas, ya bahan omongan orang, dan lain-lain.
Pernah sepupu saya bilang seperti ini, “sekarang ini cewek berjilbab sama yang
nggak itu sama saja”. Saya tidak menjawab pernyataan itu, karena saya memang
tidak mengerti jawabannya dan sempat masuk dalam pernyataan tersebut. Saya
memang belum paham makna jilbab itu sendiri bagaimana.
Saya sering
mendengarkan kajian melalui radio, dan sedikit-sedikit mulai mengikuti kajian
di masjid Raya kota, dan pemahaman tentang jilbab pun saya dapat. Dan sekarang
saa bisa menjawab pernyataan sepupu saya tersebut. Bahwa, tentu saja mereka
berbeda –yang memakai jilbab dengan yang tidak memakai- mereka yang memakai
jilbab telah menunaikan kewajibannya sebagai muslimah, sedangkan yang belum
memakai jilbab, mereka belum menunaikan kewajibannya sebagai muslimah. Simple.
Tapi menurut saya, makna terdalam bisa diambil di dalamnya bagi orang-orang
yang mau memaknainya.
Sekarang, ketika
memasuki dunia perkuliahan saya mencari tempat tinggal yang backgroundnya baik, dan bisa membantu
saya mengistiqomahkan saya memakai ini. Tentu saja saya
nyaman dengan keadaan ini, meskipun beberapa orang tetap dengan cibirannya...
Semoga Allah Sang Maha Pembolak balik Hati, membalikkan hati mereka sehingga
mereka sadar untuk segera menutup auratnya.. Amiin ya Rabb..
nice... (y)
BalasHapus